II.
DESKRIPSI TANAMAN SORGUM
2.1
Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi
ilmiah tanaman sorgum menurut USDA (United States Departement of
Agriculture) adalah sebagai berikut:
Kerajaan
: Plantae
Subkerajaan
: Tracheobionta
Terdapat
30 spesies sorgum, yaitu :Sorghum almum, Sorghum amplum, Sorghum angustum, Sorghum arundinaceum, Sorghum bicolor, Sorghum brachypodum, Sorghum bulbosum, Sorghum burmahicum, Sorghum controversum, Sorghum drummondii, Sorghum ecarinatum, Sorghum exstans, Sorghum grande, Sorghum halepense. Sorghum interjectum,Sorghum intrans,Sorghum laxiflorum,Sorghum leiocladum, Sorghum macrospermum, Sorghum matarankense,Sorghum miliaceum, Sorghum nitidum, Sorghum plumosum, Sorghum propinquum, Sorghum purpureosericeum, Sorghum stipoideum, Sorghum timorense, Sorghum trichocladum, Sorghum versicolor, Sorghum virgatum, Sorghum vulgare, Andropogon sorghum.
2.2
Morfologi Tanaman Sorgum
Tanaman
sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh
hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat
kelaminnya berada di dalam satu bunga. Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle
(susunan bunga di tangkai). Rangkaian bunga sorgum berada di bagian ujung
tanaman.
Bentuk
tanaman ini secara umum hampir mirip dengan jagung yang membedakan adalah tipe
bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna sedangkan sorgum bunga
sempurna. Morfologi dari tanaman sorgum adalah:
- Akar : tanaman sorgum memiliki akar serabut
- Batang : tanaman sorgum memiliki batang tunggal yang terdiri atas ruas-ruas
- Daun : terdiri atas lamina (blade leaf) dan auricle
- Rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan menjadi bulir-bulir sorgum.
Pada daun
sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan epidermisnya. Adanya
lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah
dengan kelembaban sangat rendah. Lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman
sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan.
Pada
umumnya biji sorgum berbentuk bulat dengan ukuran biji kira -kira 4 x 2,5 x 3,5
mm. Berat biji bervariasi antara 8 mg – 50 mg, rata-rata berat 28 mg.
Berdasarkan ukurannya sorgum dibagi atas:
- sorgum
biji kecil (8 – 10 mg)
- sorgum
biji sedang ( 1 2 – 24 mg)
- sorgum
biji besar (25-35 mg)
Kulit
biji ada yang berwarna putih, merah atau cokelat. Sorgum putih disebut sorgum
kafir dan yang ber-warna merah/cokelat biasanya termasuk varietas Feterita.
Warna biji in] merupakan salah satu kriteria menentukan kegunaannya. Varietas
yang berwarna lebih terang akan menghasilkan tepung yang lebih putih dan tepung
ini cocok untuk digunakan sebagai makanan lunak, roti dan lain-lainnya.
Sedangkan varietas yang berwarna gelap akan menghasilkan tepung yang berwarna
gelap dan rasanya lebih pahit. Tepung jenis ini cocok untuk bahan dasar
pembuatan minuman. Untuk memperbaiki warna biji ini, biasanya digunakan larutan
asam tamarand atau bekas cucian beras yang telah difermentasikan dan kemudian
digiling menjadi pasta tepung.
III.
BUDIDAYA TANAMAN SORGUM
3.1 Syarat Tumbuh
Tanaman
sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan kurang subur, air yang
terbatas dan masukkan (input) yang rendah, bahkan dilahan yang berpasir pun
sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah yang
berketinggian diatas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat pertumbuhannya dan
memiliki umur yang panjang.
Menurut
hasil penelitian, lahan yang cocok untuk pertumbuhan yang optimum untuk
pertanaman sorgum adalah :
· Suhu
optimum 23° 30° C
·
Kelembaban relatif 20% 40%
· Suhu
tanah ± 25° C
·
Ketinggian ≤ 800 m dpl
· Curah
hujan 375 – 425 mm/th
· pH 5,0
– 7,5
Selain
persyaratan di atas sebaiknya sorgum jangan ditanam di tanah podzolik merah
kuning yang masam, namun untukmemperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal
perlu dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan bahan organik yang cukup.
Tanaman sorgum dapat beradaptasi pada tanah yang sering tergenang air pada saat
banyak turun hujan apabila system perakarannya sudah kuat.
3.2
Penyiapan Lahan
Lahan
dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, kemudian dicangkul atau dibajak
2 kali setelah itu baru digaru dan diratakan. Setelah tanah diratakan, dibuat
saluran drainase di sekeliling atau di tengah lahan. Ukuran petakan disesuaikan
dengan keadaan lahan. Untuk lahan yang hanya mengandalkan residu air tanah,
pengolahan hanya dilakukan secara ringan dengan mencangkul tipis permukaan
tanah untuk mematikan gulma.
Pengolahan
tanah secara ringan sangat efektif untuk menghambat penguapan air tanah sampai
tanaman panen. Tanah yang sudah diolah sebaiknya diberikan pupuk organik,
misalnya pupuk kandang atau kompos. Pengolahan tanah ini bertujuan antara lain
untuk memperbaiki struktur tanah, memperbesar persediaan air, mempercepat
pelapukan, meratakan tanah dan memberantas gulma. Sebaiknya pengolahan tanah
paling baik dilakukan 2 4 minggu sebelum tanam.
3.3
Pemilihan Varietas
Untuk
mendapatkan hasil yang baik, yang harus diperhatikan adalah penanaman jenis
varietas unggul yang cocok dan sesuai dengan lingkungan hidup setempat serta
penerapan teknik budidaya yang tepat. Varietas unggul yang dianjurkan untuk
ditanam harus memperhatikan kegunaan dan lingkungan tumbuhnya. Untuk keperluan
konsumsi manusia (pangan) varietas yang dianjurkan antara lain UPCA S1, Keris,
Badik dan Hegari Genjah. Karena varietas ini mempunyai keunggulan seperti
berumur genjah, tinggi batang sedang, berbiji putih dengan rasa olah sebagai
nasi cukup enak.
Varietas
Kawali dan Numbu yang dilepas tahun 2001 juga mempunyai rasa olah sebagai nasi
cukup enak, namun umurnya relatif lebih panjang. Sedangkan untuk pakan ternak
dipilih varietas sorgum yang tahan hama penyakit, tahan rebah, tahan disimpan
dan dapat diratun. Pada lingkungan yang ketersedian airnya terbatas dan masa
tanam yang singkat dipilih varietasvarietas umur genjah seperti Keris, Badik,
Lokal Muneng dan Hegari Genjah.
Ditinjau
dari segi hasil, varietas umur genjah memang hasilnya jauh lebih rendah
daripada varietas umur sedang atau dalam, tetapi keistimewaannya dapat segera
dipanen, menyelamatkan dari resiko kegagalan hasil akibat
kekeringan.
3.4
Waktu Tanam
Sorgum
dapat ditanam pada sembarang musim tanam asalkan pada saat tanaman muda tidak
tergenang atau kekeringan. Namun begitu waktu tanam yang paling baik adalah
pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau.
Pada
areal yang telah disiapkan sebelumnya dibuatkan lubang tanam dengan jarak tanam
disesuaikan dengan varietas yang digunakan, ketersediaan air dan tingkat
kesuburan tanah. Pada tanah yang kurang subur dan kandungan air tanah rendah
sebaiknya di gunakan jarak tanam lebih lebar atau populasi tanam dikurangi dari
populasi baku (seharusnya).
3.5
Penanaman
Jarak
tanam sorgum dapat bervariasi sesuai dengan varietas yang digunakan,
ketersediaan air tanah dan kesuburan. Untuk mencapai hasil yang optimum,
varietas pendek dan sedang memerlukan jarak tanam yang lebih rapat dibandingkan
dengan varietas tinggi.
Pada
jenis varietas sedang sampai batas tertentu terjadi kenaikkan hasil dengan
semakin tingginya populasi tanam. Sedangkan kebutuhan benih untuk pertanaman
sorgum berkisar 10 kg/ha dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm atau 15 – 20 kg/ha
dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm.
Pada
tanah yang kurang subur dan kandungan air tanah rendah, sebaiknya digunakan
jarak tanam lebih lebar atau populasi tanam kurang dari populasi baku. Untuk
mengurangi penguapan air tanah, jarak tanam antar baris dipersempit tetapi
jarak dalam baris diperlebar.
Menanam
sorgum dapat dilakukan dengan cara ditugal seperti halnya menanam jagung, bila
jarak tanamnya tidak terlalu rapat. Lubang tanam diisi sekitar 3 5 biji,
kemudian ditutup dengan tanah ringan. Penutupan tanah secara padat dan berat
menyebabkan biji sukar berkecambah.
Tanaman
rapat dilakukan dengan menyebar biji di sepanjang alur garitan dan
pengaturan jarak tanam dilakukan pada saat penjarangan. Tetapi cara ini hanya
dapat dilakukan pada tanah yang mempunyai struktur gembur.
Setelah
umur 3 minggu, tanaman harus segera dijarangi dan ditinggalkan 2 tanaman agar
dapat tumbuh dan berproduksi secara optimum. Pertanaman yang hanya mengandalkan
residu air tanah tidak perlu digemburkan. Pembumbunan dilakukan bersamaan
dengan pemupukan ke 2 (3 – 4 minggu setelah tanam), dengan tujuan untuk memperkokoh
kedudukan tanaman dan untuk menekan penguapan air tanah.
3.6
Pemeliharaan
a.
Pengairan
Tujuan
pengairan adalah menambah air bila tanaman kekurangan air. Bila tidak
kekurangan maka pengairan tidak perlu dilakukan. Sebaliknya, bila kebanyakan
air justru harus segera dibuang dengan cara membuat saluran drainase.
Sorgum
termasuk tanaman yang tidak memerlukan air dalam jumlah yang banyak, tanaman
ini tahan terhadap kekeringan, tetapi ada masa tertentu tanaman tidak boleh
kekurangan air yaitu :
· Tanaman
berdaun empat, masa bunting waktu biji malai berisi; pada waktu
tersebut tanaman tidak boleh kekurangan.
·
Selama pertumbuhan pemberian air cukup dilakukan 3 – 6 kali setiap 4 – 10
hari
sekali.
·
Pemberian air dilakukan pada sore/malam hari, setelah suhu tanah tidak
terlalu
tinggi.
·
Pemberian air dihentikan setelah biji mulai agak mengeras, hal ini
dikarenakan
agar biji
dapat masak dengan serempak.
b.
Pemupukan.
Tanaman
sorgum banyak membutuhkan pupuk N (Nitrogen), Namun demikian pemupukan
sebaiknya diberikan secara lengkap (NPK) agar produksi yang dihasilkan cukup
tinggi. Dosis pemupukan yang diberikan berbeda-beda tergantung pada tingkat
kesuburan tanah dan varietas yang ditanam, tetapi secara umum dosis yang
dianjurkan adalah 200 kg Urea, 100 kg TSP atau SP36 dan 50 kg KCl.
Pemberian
pupuk Urea diberikan dua kali, yaitu 1/3 bagian diberikan pada waktu tanam
sebagai pupuk dasar bersamasama dengan pemberian pupuk TSP/SP36 dan KCl.
Sisanya (2/3 bagian) diberikan setelah umur satu bulan setelah tanam. Pemupukan
dasar dilakukan saat tanam dengan cara di tugal sejauh 7 cm dari lubang tanam.
Urea dan TSP/SP36 dimasukkan dalam satu lubang, sedang KCl dalam lubang di sisi
yang lain.
Pemupukan
kedua juga ditugal sejauh ± 15 cm dari barisan, kemudian ditutup dengan tanah.
Lubang tugal baik untuk pupuk dasar maupun susulan sedalam ± 10 cm.
c.
Penjarangan Tanaman
Pertumbuhan
tanaman sorgum biasanya sudah merata/seragam pada umur 2 minggu setelah tanam.
Namun demikian tidak semuanya tanaman yang tumbuh di tiap lubang dengan baik.
Apabila
terdapat tumbuh yang kurang baik perlu dilakukan
penjarangan
dengan mencabut tanaman yang kurang baik tersebut. Sehingga pada tiap lubang
tersisa tanaman yang terbaik untuk dipelihara hingga panen.
d.
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan dengan mencabut tumbuhan pengganggu (gulma) hingga perakarannya
secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran tanaman utama. Keberadaan
gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam mendapatkan air dan unsur
hara yang ada di dalam tanah atau bahkan menjadi tempat hama atau penyakit.
Oleh
sebab itu gulma harus secara rutin disiangi. Gulma yang telah dicabut sebaiknya
ditampung atau dikubur di suatu tempat agar membusuk sehingga kemudian dapat
dijadikan kompos.
e.
Pembubunan
Pembubunan
dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar tanaman sorgum, kemudian
menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum sehingga
membentuk guludanguludan kecil yang bertujuan untuk mengokohkan batang tanaman
agar tidak mudah rebah dan merangsang terbentuknya akarakar baru pada pangkal
batang.
f.
Pengendalian hama penyakit
Tanaman
Sorgum termasuk tanaman yang sedikit terserang hama penyakit bila dibandingkan
dengan tanaman lainnya. Namun terdapat beberapa hama dan penyakit tanaman
sorgum yang utama seperti :
·
Lalat bibit (Atherigona exiqua Stein)
Lalat
bibit ini menyerang tanaman di bagian pangkal batang tanaman dengan menggerek
dan menyerang tanaman sorgum muda (berumur 3 minggu setelah tanam) sehingga
menyebabkan berlubang kecil tidak teratur dan akhirnya tanaman menjadi layu
mati. Pengendalian lalat bibit dapat dilakukan dengan melakukan pertanaman
serempak dan menaburkan insektisida 10 kg Furadan 3 G per hektar pada saat
tanam.
·
Ulat Tanah (Agrotis sp)
Ulat ini
biasanya menyerang tanaman pada malam hari dengan sasaran tanaman sorgum
stadium muda. Serangannya menyebabkan pangkal batang tanaman terpotong tepat
diatas permukaan tanah sehingga bekas serangannya tampak terkulai. Cara pengendalian
dengan menaburkan insektisida Furadan 3 G berdosis 20 30 kg/ha yang dilakukan
bersamaan saat penanaman.
·
Hama bubuk
Disebabkan
oleh serangan Sitophilus sp yang menyerang biji sorgum di gudang
penyimpanan. Serangga ini menyerang biji sorgum yang berlubanglubang dan
keropos sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Pengendalian hama bubuk ini
dengan cara menyimpan biji sorgumyang dicampur dengan serbuk daun putri malu (Mimosa
pudica) dengan perbandingan 10 : 1. Hal ini disebabkan karena daun putri
malu mengandung protein mimosan yang dapat merusak dan menghambat pertumbuhan
larva hama bubuk.
·
Karat daun
Gejala
serangannya adalah munculnya nodanoda kecil berwarna merah karat yang kemudian
diikuti dengan timbulnya massa tepung berwarna coklat kekuningkuningan yang
menutupi permukaan daun. Pengendaliannya dengan cara memangkas daun yang
terinfeksi berat dan melakukan pergiliran/rotasi tanaman.
·
Bercak daun
Ditandai
dengan munculnya bercak bulat berukuran kecil dan berwarna kuning yang
dikelilingi warna coklat pada daun yang terinfeksi. Pengendalian penyakit
bercak dapat dilakukan dengan menanam varietas yang tahan (Mandau) dan
disemprot dengan fungisida (Dithane M45 atau Antracol 70 WP).
·
Kapang Jelaga
Gejala
serangan pada permukaan atas daun tertutup oleh lapisan yang berwarna hitam,
kering dan tipis dan dapat dikendalikan dengan menyemprotkan kapur atau
menghembuskan belerang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar