Solidaritas dalam Jemaat Perjanjian Baru
Martin Harun, OFM
Paham solidaritas tiga puluh tahun lalu (1980) tiba-tiba menjadi hal
yang membingungkan karena mencuat keluar sebagai lawannya bukan dari
liberalisme atau kapitalisme tetapi dari komunisme. Gerakan Solidarność di Polandia saat itu menunjukkan bahwa
komunisme yang pernah menjadi bentuk solidaritas pekerja-pekerja industri dan
pertanian bukan lagi dirasa solider dengan para pekerja itu. Serta merta solidaritas menjadi paham yang ramai
dipakai juga di kalangan umat Kristen, a.l. dalam tulisan-tulisan Yohanes
Paulus II yang tak lepas dari gerakan tadi,[1] dan lebih lagi dalam Teologi Pembebasan.[2]
Kalau pada kesempatan ini diminta untuk
menjelaskan arti solidaritas dalam Perjanjian Baru, kita dapat bingung lagi.
Mungkin ada yang terkesan bahwa solidaritas
suatu kata Latin, tetapi dalam Vulgata dan seluruh Kamus Latin kuno tak pernah
ada kata seperti itu. Juga dalam terjemahan Alkitab dalam pelbagai bahasa
modern tak pernah ditemukan kata solidaritas,
solidarity, solider, dll., kecuali sekali-sekali dalam beberapa terjemahan
modern Perancis (FBJ, TOB). Solidaire
dan solidarité memang merupakan
kata-kata bentukan baru dalam bahasa Perancis modern[3] untuk menunjukkan suatu keutuhan (solide) kelompok orang yang saling
bergantung dan bertanggung jawab satu sama lain.
Solidaritas telah menjadi paham penting dalam
ilmu sosial, khususnya sejak Émile Durkheim. Dalam karyanya The Division of Labour in Society (asli
1893)[4] ia membedakan antara solidaritas mekanis dan
organis. Yang pertama menunjukkan suatu kohesi dan integrasi berdasarkan
homogenitas orang-orang (mis. karena pekerjaan, agama, kekerabatan, pendidikan,
atau gaya hidup yang sama). Solidaritas serupa itu banyak ditemukan dalam
masyarakat kecil dan sederhana, kelompok suku dan marga. Sedangkan solidaritas
organis berasal dari saling ketergantungan yang muncul di tengah orang yang
berbeda-beda dan saling melengkapi dengan spesialisasinya masing-masing.
Kendati pekerjaan, kepentingan, dan nilai-nilai mereka dapat sangat berbeda,
keutuhan masyarakat tergantung dari hal saling mengandalkan bahwa semua akan
melakukan tugasnya yang khas. Solidaritas sebagai interdependensi dari
bagian-bagian yang saling melengkapi ini lebih banyak ditemukan dalam
masyarakat yang lebih kompleks, seperti misalnya masyarakat industri dan urban.
Apakah sudah terdapat salah satu bentuk
solidaritas dalam Perjanjian Baru yang dapat menjiwai dan memberi terang kepada
fenomen solidaritas sekarang? Kalau belum terdapat kata itu sendiri, apa
kiranya padanannya yang terdekat dalam Perjanjian Baru? Beberapa terjemahan
Perancis tersebut di atas dua tiga kali menggunakan solidaire dan solidarité
untuk menerjemahkan kb. koinõnia, ks. koinõnos, dan kk. koinõneõ.[5] Kelompok
kata yang beberapa puluh kali digunakan terutama dalam surat-surat Perjanjian
Baru (koinõnia 19 x; koinõnos 10 x; koinõneõ 8 x), dapat diselidiki secara khusus, tetapi tanpa a priori menjadi
batas. Kendati jarang memakai akar kata koinõn-
itu, ternyata karya Lukas memberi kesaksian sangat kuat akan suatu kenyataan
yang sekarang akan kita sebutkan solidaritas. Maka setelah memeriksa kelompok
kata yang mempunyai akar koinõn-,
kita akan memberi perhatian lebih luas kepada solidaritas dalam surat-surat
Paulus, dan selanjutnya memberi perhatian kepada tema itu dalam Lukas-Kisah.
Koinonia: Mengambil dan Memberi Bagian
Kelompok kata yang berakar koinõn-
dikembangkan dari kata sifat koinos
(14x dalam PB),[6] biasanya dipakai dalam arti
“profan/najis” berlawanan dengan suci, kecuali beberapa kali dalam arti
‘bersama’.[7] Bagi topik kita yang terpenting adalah Kis
2:44, “Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala
kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama”
(eikhon hapanta koina); dan
paralelnya dalam Kis 4:32, “tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari
kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan
mereka bersama” (èn autois hapanta koina). Kedua kutipan itu jelas menunjuk kepada
sesuatu yang sekarang disebut solidaritas; lebih-lebih karena keduanya disusul
berita bahwa mereka juga menjual harta milik dan melalui para rasul
membagi-bagikan hasilnya sesuai dengan kebutuhan orang, sehingga tak ada seorang
pun yang berkekurangan di antara mereka (2:45; 4:34). Gambaran jemaat perdana
di awal Kisah Rasul-Rasul ini tetaplah salah satu kesaksian paling kuat tentang
solidaritas dalam Perjanjian Baru.
Kutipan pertama diawali
berita inti sari yang memuat paham koinõnia,
“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan (koinõnia).
Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” (2:42).
Solidaritas di sini dikatakan bersumber pada iman kepercayaan jemaat akan injil
yang diwartakan para rasul dan yang menjadikan mereka suatu persekutuan yang
sehati sejiwa dalam kasih (juga 4:41-42). Kendati praktik milik bersama juga
ditemukan di antara kaum Eseni, dan ‘kepunyaan bersama” adalah istilah Yunani
yang berasal dari hidup serta milik bersama dalam mazhab Pitagoras, namun
motivasi yang dikemukakan dalam Kisah adalah unik, yakni injil tentang Yesus.
Kelompok kata yang akarnya koinõn- dalam surat-surat Perjanjian Baru sering kali berarti mengambil bagian / berbagi dalam
sesuatu.[8] Paulus memberinya suatu arti khas kristiani
ketika ia berbicara tentang partisipasi
dalam Kristus, suatu gagasan yang penting dalam warta keselamatan Paulus,
a.l. juga dengan menyebut “persekutuan (koinõnia)
dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita” (1Kor 1:9) yang adalah panggilan
kita. Persekutuan dengan Kristus itu berarti juga persekutuan (koinõnos, koinõneõ) dalam penderitaan
Kristus yang akan membuka jalan ke partisipasi dalam kebangkitan dan
kemuliaan-Nya (Flp 3:10; 1Ptr 4:13).
Bangsa-bangsa bukan Yahudi “telah beroleh bagian (koinõneõ) dalam harta rohani orang Yahudi” (Rm 15:27), lalu mereka wajib juga
melayani orang Yahudi dengan harta duniawi mereka, untuk memenuhi ajakan
Paulus: “berbagilah (koinõneõ) dengan orang-orang kudus yang berkekurangan” (Rm 12:13; TOB solidaire).
Dalam contoh terakhir kita
melihat bahwa di samping arti yang lazim, “mengambil
bagian dalam”, koinõneõ dalam
Perjanjian Baru juga mendapat suatu arti tambahan yang jarang dalam bahasa
Yunani umum, yakni “berbagi dengan”
atau “memberi bagian kepada”. Dalam
ayat sebelumnya (Rm 12:12) Paulus telah menyebut Makedonia dan Akhaya yang
“telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan
(koinõneõ) sesuatu kepada orang-orang
miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem” (Rm 15:26; TOB solidarité). Dalam 2 Korintus, Paulus mengingatkan jemaat
Korintus bahwa jemaat di Makedonia dengan kerelaan sendiri telah meminta dan
mendesak, “supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan (koinõnia tês diakonias) kepada orang-orang kudus” (2Kor 8:4). Di
sini mengambil dan memberi bagian
betul-betul menyatu. Sedikit kemudian
Paulus menulis kepada umat Korintus bahwa orang kudus di Yerusalem akan memuji
Allah “karena kemurahan hatimu dalam berbagi
(koinõnia) dengan mereka dan dengan semua orang.” (2Kor 9:13). Yang menjadi
tampak di sini adalah hal berbagi secara timbal-balik.
Hal timbal balik itu menjadi
sangat eksplisit dalam Gal 6. Paulus mengajak, “baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi (koinõneõ) segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu” (6:6). Guru dan murid saling berbagi. Dalam Gal 2,
Yakobus, Kefas dan Yohanes, sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan (memberikan tangan kanan kepada) Paulus
dan Barnabas sebagai tanda persekutuan (koinõnia)
dalam pemberitaan injil, hal mana di jawab oleh Paulus dan Barnabas dengan
janji mengusahakan kolekte bagi orang-orang miskin di Yerusalem (ay. 9-10).
Koinõneõ dapat serentak berarti mengambil dan memberi bagian (Flp
4:15; harfiah: “share with me in regard to giving and receiving”). Karena
Paulus memberi bagian kepada jemaat-jemaat dalam injil, ia menurut paham
solidaritasnya itu sesungguhnya berhak menerima support dari jemaat, kendati
jarang mau menerimanya, kecuali dari jemaat Filipi ini. Solidaritas dalam arti partnership yang timbal balik juga
tampak dalam hubungan antara Paulus dan Filemon (Flm 17); juga dalam pelayanan,
seperti antara Paulus dan Titus (2Kor 13:13).
Menarik melihat bahwa dalam
konteks pewartaan Injil dan jemaat kristiani, akar kata, koinõn-, yang aslinya berkonotasi ‘pasif’, “diberi bagian dalam” berkembang mendapat arti ‘aktif’, “memberi bagian kepada”, sehingga
tercipta paham solidaritas dalam arti saling tergantung dan tanggung jawab
timbal balik.
[1] Gregory Braun and Robert
Ellsberg, The Logic of Solidarity:
Commentaries on Pope John Paul II Encyclical on Social Concern, Maryknoll:
Orbis, 1990. Dalam Solicitudo rei
socialis no 38, JP II menjelaskan
solidaritas sebagai “tekad kuat dan terus menerus untuk melibatkan diri dalam
kebaikan bersama (bonum commune):
artinya, suatu komitmen bagi apa yang baik untuk semua dan setiap individu,
sebab kita semua betul bertanggung jawab untuk semua.” Tema itu kembali dalam Laborem exercens (no8) dan Centesimus annus (no 43) dengan
menekankan keaktipan bersama untuk mencapai kebaikan bersama. Yang baik bukan saja hasil lahiriah
(mis. pembagian adil dari apa yang dibutuhkan) tetapi kerja sama untuk mencapai
hasil yang baik itu. Berlawanan dengan sistem-sistem yang mendegradasikan
manusia ke objek penerima, JP II menekankan subjektivitas masyarakat “melalui struktur-struktur
partisipasi dan tanggung jawab bersama” (Centesimus
annus no 46). Ia mendasarkan common
good pada solidaritas sebagai
interdependensi yang otentik dari pribadi-pribadi, yang mengantar kepada
persekutuan. R. Hittinger, “solidarity”, in NCE,
vlm 13 (2002).
[2] Jon Sobrino, dan Juan
Hernández Pico, Teologi Solidaritas,
terj Bosco Carvallo, Yogya: Kanisius, 1989.
[3] Sejak abad 19; dari solide, Lat, solidus yang berarti padat,
kompak, masif, dan juga seluruh,
komplet. (http://www.etymonline.com/index.php?term=solidarity)
[5] tai/j crei,aij tw/n a`gi,wn koinwnou/ntej = solidaires des saints dans le besoin,
(TOB Rom 12:13); koinwni,an
tina. poih,sasqai eivj tou.j ptwcou.j = manifester leur
solidarité à l'égard des pauvres. (TOB Rom 15:26); tou/to de.
koinwnoi. tw/n ou[twj
avnastrefome,nwn genhqe,ntej = devenus solidaires
de ceux qui subissaient de tels traitements. (TOB FBJ Ibr 10:33); i[na mh. sugkoinwnh,shte tai/j a`marti,aij auvth/j( = de peur que, solidaires de ses
fautes, vous n'ayez à pâtir de ses plaies ! (FBJ Why 4:18).
[6] Dalam bahasa Yunani umum
menunjuk kepada beberapa hal: yang dimiliki bersama (common), juga rekan, kawan (fellow); atau yang umum, atau yang
biasa-biasa saja dalam arti kurang berharga.
[8] TDNT Abridged 449-450.
Misalnya mengambil bagian / berbagi dalam kerja (Luk 5:10), hidup fana (Ibr
2:14), kodrat ilahi (2Ptr 1:4), kegelapan (2Kor
6:14), dosa (Ef 5:11), dll. Atau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar